TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Stimulan utama yang mendorong tingginya harga hunian di kawasan
Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, adalah harga lahan.
Dalam kondisi aktual, harga lahan di kawasan ini sudah berada pada
level Rp 21 juta per meter persegi, terutama di titik-titik strategis dan premium.
Padahal
saat 2010 atau empat tahun lalu, masih bertengger di angka Rp 6 juta
per meter persegi. Ini artinya kenaikan harga lahan sebesar 250 persen
dalam empat tahun atau 62,5 persen per tahun.
Menurut Senior
Sales Consultant Bintaro Jaya, Doddy Kresno, melejitnya harga lahan di
Bintaro Jaya tak lepas dari kondisi infrastruktur yang memadai dan
kelengkapan fasilitas yang bisa diakses publik dengan mudah.
"Infrastruktur
membuat kawasan Bintaro mudah diakses dan lebih terbuka. Terlebih dalam
waktu dekat, akan dikembangkan jalan tembus menuju Jakarta Outer Ring
Road (JORR) 2 sehingga warga yang berasal dari barat Jakarta bisa
langsung ke Bintaro tanpa melalui akses lain," jelas Doddy kepada
Kompas.com, Rabu (30/7/2014).
Sebelumnya,
kawasan seluas 2.000 hektar ini bisa ditempuh dari Tol Jakarta Serpong,
Jalan Veteran, Jl Kunciran, Ciledug, dan beberapa jalan lingkungan
lainnya.
Untuk ukuran kawasan mandiri yang sudah berusia lebih
dari tiga dekade, Bintaro Jaya terbilang lengkap dengan ekologi kota
yang dapat memenuhi kebutuhan warga penghuni dan warga di sekitar
kawasan. Sebut saja fasilitas umum yang sudah tebangun dan beroperasi
yakni pasar modern, Plaza Bintaro, Bintaro Xchange Mall, gerai-gerai
hipermarket, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, dan kawasan bisnis
terpadu.
Tak hanya itu, kawasan Bintaro juga terintegrasi dengan
jaringan transportasi dalam kota Jakarta baik melalui jaringan kereta
api, maupun bis kota.
"Bintaro kemudian menjadi kawasan yang
diburu investor dan pencari rumah kelas menengah atas. Permintaan
demikian tinggi, sementara apsokan terbatas. Itu terjadi tak hanya di
pasar primer, pun di pasar sekunder. Jarang orang yang sudah memiliki
hunian di sini, melepasnya begitu saja. Mereka menunggu harga merangkak
naik karena ada pengembangan fasilitas-fasilitas baru," tutur Doddy.
Doddy
melanjutkan, berbeda dengan kawasan mandiri lainnya, rumah-rumah di
Bintaro sebagian besar dimiliki dan dihuni oleh pengguna akhir (
end user), ketimbang investor. Perbandingannya mungkin bisa sampai 80:20.
"Itulah
yang membuat harga lahan dan properti di Bintaro melesat lebih cepat
ketimbang kawasan lainnya. Tingginya harga pun bukan karena kenaikan
semu, karena faktor pengguna akhir yang lebih dominan ketimbang
investor," pungkas Doddy.